Jika salah perbaiki, jika gagal coba lagi, jika menyerah maka semua berakhir
David Orlando, Amd
E-mail: orlando_d56@hotmail.com
———
———
Fotografi Alam dan Petualangan
Menjelajah alam sekaligus menjadi fotografer. Keduanya menjadi paduan aktivitas yang menyenangkan dan tentu penuh tantangan. Semua orang bisa melakukannya. Hanya saja tetap ada beberapa hal yang mesti diperhatikan saat memulainya, seperti bekal dasar pengetahuan tentang kegiatan alam bebas serta peralatan kamera.
Lereng Gunung Rinjani, Lombok, NTB. Photo by Fikria Hidayat
Pertama dilakukan sebelum memulai memotret adalah mencari referensi terkait transportasi, akomodasi maupun karakteristik medan yang akan dituju. Hal tersebut menjadi modal kita untuk menentukan peralatan alam bebas yang dibawa.
Seperti mendaki gunung Rinjani (3.726 m dpl), Lombok, NTB, yang membutuhkan waktu bisa mencapai enam hari, peralatan menginap seperti tenda dan sleeping bag harus dibawa, disarankan juga membawa jaket tebal, sarung tangan dan topi antidingin. Begitu pula dengan alat memasak dan logistik yang cukup.
Memikul semua barang tersebut ditambah dengan beban membawa peralatan kamera, pasti tidak bisa membuat kita leluasa untuk memotret. Dan yakinlah, ketika kita terengah-engah letih mendaki sambil memikul ransel puluhan kilogram beratnya, membuat kita malas mengambil kamera di dalam tas untuk memotret, sekalipun pemandangan di sekitar kita sangat eksotik.
Jasa porter bisa membantu membawanya, dan kita cukup membawa ransel khusus kamera serta peralatannya yang sesuai kebutuhan agar kita bisa memotret setiap waktu sambil menikmati perjalanan.
Ada tantangan ketika mendaki sambil memotret. Waktu tempuh perjalanan kerap meleset dari batas standar karena harus bertahan di suatu tempat, berjalan di jalur yang tidak umum, lambat atau malah sebaliknya mengebut hanya untuk mendapatkan bingkai tertentu.
Orientasi medan pun dilakukan demi mendapatkan momen terbaik. Waktu kita tiba di suatu tempat atau titik sangat wajib diperhitungkan. Misalnya karakter gunung Rinjani yang dingin dan selalu disaput kabut tebal. Umumnya, pagi pukul 5.30 hingga 9.00 dan posisi ketinggian tertentu sebelum senja adalah waktu terbaik untuk mendapatkan lanskap tanpa halangan tertutup kabut tebal. Dengan waktu yang cukup singkat tadi, untuk menuju titik pemotretan bukan perkara waktu sebentar dan tanpa resiko karena jaraknya yang jauh dan sering harus berhadapan dengan tubir jurang.
Alam dan anaknya Ahmad Adi, warga Senaru di Puncak Gunung Rinjani (3.726 m dpl), Lombok, NTB. Photo by Fikria Hidayat
Para pegiat fotografi alam yang serius, sangat memperhatikan faktor kedinamisan, praktis dan cukup. Memotret lanskap pada ketinggian gunung di atas 3.000 meter tentu sangat membebani jika memikul lensa super tele yang sangat berat. Sebaliknya memotret hidupan liar tidak akan memuaskan hanya menggunakan lensa lebar.
Bagi pengguna kamera single-lens reflex (SLR), bermodal satu lensa lebar atau tele zoom menengah adalah pilihan yang tepat karena ringkas. Sehingga dalam petualangan kita lebih leluasa tidak sekadar memotret panorama tapi juga ragam budaya. Fikria Hidayat
Pixel Kompas Sabtu, 29 November 2008
Photo Story Gunung Rinjani klik di sini.
© 2008 All rights reserved.